Tasbih
berasal dari kata سَبَحَ – sabaha, yang artinya ‘menjauh’. Ber-tasbih
dalam pengertian syariat artinya ‘menjauhkan Allah dari segala sifat
kekurangan dan kejelekan’.
Dengan
begitu, ketika kita bertasbih, maka kita menunjukkan keluarbiasaan Allah
dalam segala hal, tanpa ada kekurangan sedikitpun.
Ada 7 surat
yang dimulai dengan ucapan tasbih: Surat al-Isra’ (17:1), Surat al-Hadid
(57:1), Surat al-Hasyr (59:1), Surat al-Hasyr (59:1), Surat as-Shaf
(61:1), Surat at-Taghabun (64:1), Surat al-A’la (8:1).
Dalam
al-Quran, banyak perintah agar kita ber-tasbih kepada Allah swt dalam
segala keadaan. Di antaranya adalah ayat-ayat berikut.
Maka
bersabarlah kamu atas apa yang mereka katakan, dan bertasbihlah dengan
memuji Tuhanmu, sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya dan
bertasbih pulalah pada waktu-waktu di malam hari dan pada waktu-waktu di
siang hari, supaya kamu merasa senang (Thoha/20: 130)
Dan
bersabarlah dalam menunggu ketetapan Tuhanmu, karena kamu berada dalam
penglihatan Kami, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu ketika kamu
akan berdiri (at-Thur/52: 48)
Maka
bersabarlah kamu, karena sesungguhnya janji Allah itu benar, dan
mohonlah ampunan untuk dosamu dan bertasbihlah sambil memuji Tuhanmu
pada waktu petang dan pagi. (al-Mu’min/40: 55)
KEISTIMEWAAN TASBIH
1. Kalimat yang paling dipilih Allah swt
Suatu kali Rasulullah ditanya apakah ucapan yang paling unggul? Rasulullah menjawab,
مَا اصْطَفَى اللهُ لِمَلاَئِكَتِهِ أَوْ لِعِبَادِهِ: سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ
‘Yang dipilih Allah swt terhadap para malaikat-Nya dan hamba-Nya adalah ucapan: Subhanallahi wa bihamdihi’ (Riwayat Muslim)
2. Memberatkan timbangan amal
Rasulullah bersabda,
كَلِمَتَانِ خَفِيْفَتَانِ عَلَى
اللِّسَانِ ثَقِيْلَتَانِ فِى الْمِيْزَانِ حَبِيْبَتَانِ إِلَى
الرَّحْمَنِ: سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ سُبْحَانَ اللهِ الْعَظِيْمِ
‘Ada dua
kalimat yang keduanya ringan diucapkan di lidah namun memberatkan
timbangan amal dan keduanya disukai oleh ar-Rahman, yaitu: Subhanallahi
wa bi hamdihi subhanallahil azhim’ (Riwayat Bukhari dan Muslim)
3. Menghapus dosa yang banyak
Rasulullah bersabda,
مَنْ قَالَ سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ مِائَةَ مَرَّةٍ حُطَّتْ خَطَايَاهُ وَإِنْ كَانَتْ أَكْثَرَ مِنْ زَبَدِ الْبَحْرِ
Barangsiapa
yang mengucapkan: Subhanallahi wa bi hamdihi 100x maka Allah dihapuskan
kesalahan meskipun kesalahannya itu sebanyak buih lautan’ (Riwayat
Bukhari dan Muslim)
4. Punya perkebunan kurma di surga
مَنْ قَالَ سُبْحَانَ اللهِ الْعَظِيْمِ وَبِحَمْدِهِ غُرِسَتْ لَهُ نَخْلَةٌ فِى الْجَنَّةِ
‘Barangsiapa
yang mengucapkan: Subhanallahil azhimi wa bi hamdihi, maka ditanamkan
baginya satu pohon kurma di surga’ (Riwayat at-Tirmidzi)
5. Terhindar dari kesedihan dan penyakit-penyakit berat (misal: stroke)
Suatu kali
Qabishah al-Makhariq mendatangi Rasulullah dan berkata, ‘Wahai
Rasulullah, ajarkan aku beberapa kalimat (ucapan) yang dengannya Allah
memberi manfaat kepadaku, karena sungguh umurku sudah tua dan aku merasa
lemah untuk melakukan apapun’. Lalu Rasulullah berkata, ‘Adapun untuk
duniamu, maka ketika engkau selesai shalat Shubuh, maka ucapkanlah tiga
kali:
سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ سُبْحَانَ اللهِ الْعَظِيْمِ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ
Jika engkau
membacanya, maka engkau terhindar dari kesedihan, kusta (lepra),
penyakit biasa, belang, lumpuh akibat pendarahan otak (stroke)…’
(Riwayat Ibnu as-Sunni dan Ahmad)
6. Senjata menghadapi persoalan besar
Diriwayatkan
dari Abu Hurayrah, bahwa jika Rasulullah menghadapi persoalan penting,
maka beliau mengangkat kepalanya ke langit sambil mengucapkan:
Subhanallahil azhim, dan jika beliau bersungguh-sungguh dalam berdoa,
maka beliau mengucapkan: Ya hayyu ya qoyyum (Riwayat at-Tirmidzi)
7. Senjata menghadapi krisis pangan
Rasulullah bersabda,
طَعَامُ
الْمُؤْمِنِيْنَ فِي زَمَنِ الدَّجَّالِ طَعَامُ الْمَلاَئِكَةِ:
التَّسْبِيْحُ وَالتَّقْدِيْسُ، فَمَنْ كَانَ مَنْطِقُهُ يَوْمِئِذٍ
التَّسْبِيْحَ أَذْهَبَ اللهُ عَنْهُ الْجُوْعَ
‘Makanan
orang beriman pada zaman munculnya Dajjal adalah makanan para malaikat,
yaitu tasbih dan taqdis. Maka barangsiapa yang ucapannya pada saat itu
adalah tasbih, maka Allah akan menghilangkan darinya kelaparan’ (Riwayat
al-Hakim)
KEISTIMEWAN SHALAT TASBIH
Melakukan shalat tasbih bukan perbuatan bid’ah, seperti yang dikatakan oleh segelintir orang (yang awam dan sok
ikut-ikutan). Shalat Tasbih termasuk kebiasaan orang-orang shalih.
Abdullah bin Mubarok dan generasi sesudahnya selalu melakukannya.
Kata Syaikh
Ali al-Khawwash, ‘Sebaiknya shalat tasbih dilakukan sebelum shalat
hajat, karena shalat tasbih ini menghapus dosa-dosa, dengan demikian
menjadi sebab terkabulnya hajat’.
عَنْ
عِكْرِمَةَ عَنْ إِبْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ قَالَ لِعَبَّاسِ
بْنِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ: يَا أَبَّاسُ يَا عَمَّاهُ، أَلاَ أُعْطِيْكَ؟
أَلاَ أَمْنَحُكَ؟ أَلاَ أَحْبُوْكَ؟ أَلاَ أَفْعَلُ بِكَ عَشْرَحِصَالٍ
إِذَا أَنْتَ فَعَلْتَ ذَلِكَ غَفَرَ اللهُ لَكَ ذَنْبَكَ أَوَّلَهُ
وَآخِرَهُ، قَدِيْمَهُ وَحَدِيْثَهُ، خَطَأَهُ وَعَمْدَهُ، صَغِيْرَهُ
وَكَبِيْرَهُ، سِرَّهُ وَعَلاَنِيَتَهُ، عَشْرَ حِصَالٍ أَنْ تُصَلِّيَ
أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ تَقْرَأُ فِى كُلِّ رَكْعَةٍ فَاتِحَةَ الْكِتَابِ
وَسُوْرَةً، فَإِذَا فَرَغْتَ مِنَ الْقِرَاءَةِ فِى أَوَّلِ رَكْعَةٍ
وَأَنْتَ قَائِمٌ قُلْتَ: سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ للهِ وَلاَ إِلَهَ
إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ خَمْسَ عَشَرَةَ مَرَّةً، ثُمَّ تَرْكَعُ
فَتَقُوْلُهَا وَأَنْتَ رَاكِعٌ عَشْرًا، ثُمَّ تَرْفَعُ رَأْسَكَ مِنَ
الرُّكُوْعِ فَتَقُوْلُهَا عَشْرًا، ثُمَّ تَهْوِى سَاجِدًا فَتَقُوْلُهَا
وَأَنْتَ سَاجِدٌ عَشْرًا، ثُمَّ تَرْفَعُ رَأْسَكَ مِنَ السُّجُوْدِ
فَتَقُوْلُهَا عَشْرًا، ثُمَّ تَسْجُدُ فَتَقُوْلُهَا عَشْرًا، ثُمَّ
تَرْفَعُ رَأْسَكَ فَتَقُوْلُهَا عَشْرًا، فَذَلِكَ خَمْسٌ وَسَبْعُوْنَ
فِى كُلِّ رَكْعَةٍ، تَفْعَلُ ذَلِكَ فِى أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ، إِنِ
اسْتَطَعْتَ أَنْ تُصَلِّيَهَا فِى كُلِّ يَوْمٍ مَرَّةً فَافْعَلْ، فَإِنْ
لَمْ تَفْعَلْ فَفِى كُلِّ جُمْعَةٍ مَرَّةً، لَمْ تَفْعَلْ فَفِى كُلِّ
شَهْرٍ مَرَّةً، فَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَفِى كُلِّ سَنَةٍ مَرَّةً، فَإِنْ
لَمْ تَفْعَلْ فَفِى عُمُرِكَ مَرَّةً - رواه أبو داود وأبن ماجه وإبن خزيمة والطبراني
Dari
Ikrimah, dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah bersabda kepada Abbas bin
Abdul Muththalib, ‘Wahai Abbas, wahai pamanku, maukah engkau aku beri
sesuatu? Maukah engkau aku anugerahkan sesuatu? Maukah engkau aku
berikan hadiah?
Yaitu sepuluh keutamaan, yang jika engkau melakukannya,
Allah mengampuni dosamu: dosa yang awal dan yang akhir, dosa yang lama
dan yang baru, dosa yang tidak disengaja dan yang disengaja, dosa yang
kecil dan yang besar, dosa yang rahasia dan terang-terangan. Sepuluh
keutamaan itu engkau dapatkan dengan cara engkau lakukan shalat empat
rakaat.
Pada setiap rakaat engkau membaca al-Fatihah dan satu surat
(dari al-Qur’an). Jika engkau telah selesai membaca al-Fatihan dan surat
pada awal rakaat, sementara engkau masih berdiri, maka engka baca
kalimat SUBHANALLAH WAL HAMDULILLAH, WA LA ILAHA ILLALLAH, WALLAHU AKBAR sebanyak
15 kali. Kemudian engkau ruku’, lalu engkau ucapkan kalimat tadi
sebanyak 10 kali.
Kemudian engkau angkat kepalamu dari ruku’, lalu
ucapkan kalimat itu sebanyak 10 kali. Kemudian engkau sujud, ketika
sujud engkau ucapkan kalimat itu sebanyak 10 kali. Kemudian engkau
angkat kepalamu dari sujud, maka engkau ucapkan kalimat itu sebanyak 10
kali. Kemudian engkau bersujud, lalu ucapkan kalimat itu sebanyak 10
kali. Kemudian engkau angkat kepalamu (dan duduk istirahat sebentar),
maka engkau ucapkan kalimat itu sebanyak 10 kali. Maka jumlah kalimat
itu 75 kali pada setiap satu rakaat.
Engkau lakukan yang demikian itu
dalam empat rakaat. Jika engkau mampu melakukannya (shalat) itu setiap
hari sekali, maka lakukanlah! Jika engkau tidak mampu melakukannya
setiap hari, maka (lakukan) setiap minggu sekali! Jika engkau tidak
mampu melakukannya setiap minggu, maka (lakukan) setiap bulan sekali!
Jika tidak mampu juga, maka (lakukan) setiap tahun sekali! Jika tidak
mampu juga, maka (lakukan) sekali seumur hidupmu’.
(Diriwayatkan oleh Abu Dawud, 1297; Ibnu Majah, 1387; Ibnu Khuzaimah, 1216; al-Hakim dalam al-Mustadrak, 1233; al-Baihaqi dalam Sunan al-Kubra,
3/51-52, dan lainnya dari jalan Abdurrahman bin Bisyr bin Hakam, dari
Abu Syu’aib Musa bin Abdul Aziz, dari Hakam bin Abban, dari Ikrimah,
dari Ibnu Abbas. Sanad ini berderajat hasan)
Bahkan Syaikh al-Albani menilai hadits ini shahih.
Shalat
tasbih bisa dilakukan siang hari, bisa juga malam hari. Jika dilakukan
siang hari, maka langsung 4 rakaat dengan satu salam. Jika malam hari,
maka dilakukan 2 rakaat 2 rakaat dengan 2 kali salam.